Probolinggo-Transformasi perpustakaan desa berbasis inklusi sosial menjadi sebuah gagasan yang segar di tengah derasnya arus media sosial dan perkembangan zaman yang serba cepat. Perpustakaan tidak lagi hanya dipandang sebagai tumpukan buku, tetapi menjelma menjadi pusat aktivitas masyarakat desa, tempat tumbuhnya inspirasi serta ruang berkumpul lintas generasi.
Dalam sambutannya, Rendra Hadi Kusuma, S.Sos, Wakil Ketua Komisi 4 DPRD Kabupaten Probolinggo dari Fraksi PKB yang juga mahasiswa S2 FIA Universitas Brawijaya Malang, memberikan apresiasi penuh terhadap program tersebut. Menurutnya, budaya baca perlu terus ditingkatkan karena literasi adalah kunci kemajuan masyarakat. “Perpustakaan desa harus menjadi ruang inklusif, terbuka untuk semua, agar bisa memberi manfaat nyata bagi warga,” ungkapnya.
Kabupaten Probolinggo yang terdiri dari 24 kecamatan saat ini hanya memiliki satu perpustakaan daerah, sehingga akses masyarakat sangat terbatas. Kehadiran perpustakaan desa menjadi jawaban untuk mendekatkan literasi kepada masyarakat. Selain menyediakan buku, fasilitas seperti wifi gratis, komputer, dan ruang diskusi bisa menjadikan perpustakaan desa sebagai tempat “nongkrong cerdas” yang memberi dampak positif bagi peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Rendra menambahkan, pemerintah daerah perlu lebih serius memperhatikan program perpustakaan desa. Ia berharap 325 desa dan 5 kelurahan di Kabupaten Probolinggo dapat memiliki perpustakaan desa yang representatif. Sebagai Wakil Ketua Komisi 4 yang bermitra dengan Dinas Perpustakaan dan Arsip serta Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, ia menegaskan komitmennya untuk mengawal program SAE Literasi sebagai bagian dari upaya mewujudkan masyarakat unggul dan berdaya saing melalui pemerataan akses pendidikan dan pengetahuan.